BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembimbing ke filsafat tidak akan
lengkap tanpa sepatah kata tentang perkembangan filsafat sepanjang sejarah.
Sejarah filsafat ialah penyelidikan
ilmiah mengenai perkembangan pemikiran filsafat dari seluruh bangsa manusia
dalam sejarah. Jadi awas, sejarah filsafat belumlah filsafat, sejarah filsafat
hanyalah sejarahnya.
Seringkali persoalan-persoalan filsafat
hanya dapat dipahami jika dilihat perkembangan sejarahnya. Ahli-ahli besar
seperti Aristoteles, Thomas Aquino, Immanuel Kant itu hanya dapat dimengerti dari
aliran-aliran yang syntesis dari aliran lain.
B. Rumusan Masalah
Setelah
melihat latar belakang di atas penulis telah merumuskan beberapa masalah,
diantaranya :
1.
Kapan dimulainya
filsafat abad modern?
2.
Aliran apa saja
yang muncul pada zaman tersebut?
3.
Siapa saja tokoh
filsafat zaman modern?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
dimulainya filsafat modern.
2.
Mengetahui
aliran yang muncul pada zaman tersebut.
3.
Mengetahui
tokoh-tokoh pada zaman modern.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Reinassance
Sukar sekali menentukan
bilamana zaman pertengahan berakhir, dan bilamana zaman modern dimulai. Yang
jelas ialah bahwa pada abad ke-14 dimulailah krisis zaman pertengahan, yang
berlangsung hingga abad ke-15, dan bahwa abad ke-15 dan ke-16 dikuasai oleh suatu
gerakan yang disebut reinassance.
Kata renaissance
berarti : kelahiran kembali. Sementara secara historis berarti suatu gerakan
yang meliputi suatu zaman dimana orang merasa dirinya sebagai telah dilahirkan
kembali dalam keadaban. Di dalam kelahiran kembali itu orang kembali kepada
sumber-sumber yang murni bagi pengetahuan dan keindahan.
Meskipun terdapat
perubahan-perubahan yang begitu asasi, namun abad-abad renaissance (abad ke-15
dan ke-16) tidaklah secara langsung menjadi tanah subur bagi pertumbuhan
filsafat. Baru abad ke-17 daya hidup yang kuat, yang timbul pada zaman
renaissance itu, mendapatkan pengungkapannya yang serasi di bidang filsafat.
Jadi kejadian-kejadian pada abad ke-15 dan ke-16 itu hanya menjadi persiapan
bagi pembentukan filsafat pada abad ke-17.[1]
2.
Filsafat Abad Ke-17
Pada abad ke-17 pemikiran renaissance mencapai penyempurnaannya pada diri
beberapa tokoh besar. Pada abad ini tercapailah kedewasaan pemikiran. Sekarang
terdapat yang memberi semangat yang diperlukan bagi abad-abad berikutnya.
Oleh karena itu pada masa ini yang dipandang sebagai sumber pengetahuan
hanya apa yang secara alamiah dapat dipakai manusia, yaitu akal (rasio) dan
pengalaman (empiris), padahal orang cenderung untuk memberi tekanan kepada
salah satu dari keduanya itu, maka pada abad ini muncul dua aliran yang saling
bertentangan, yaitu aliaran rasionalisme dan empirisme.
Aliran rasionalisme berpendapat, bahwa sumber pengetahuan yang
mencukupi dan dapat dipercaya adalah rasio (akal). Hanya pengetahuan yang
diperoleh melalui akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum
dan yang perlu mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan
ilmiah. Pengalaman hanya dapat dipakai untuk meguhkan pengetahuan yang
didapatkan oleh akal. Akal tidak dapat memerlukan pengalaman. Akal dapat
menurunkan kebenaran daripada dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas-asas
pertama yang pasti. Metode yang diterapkan adalah deduktif. Teladan yang
dikemukakan adalah ilmu pasti.
Aliran empirisme berpendapat, bahwa empiri atau pengalamanlah yang
menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun lahiriah. Akal
bukan menjadi sumber pengetahuan, akan tetapi akal mendapat tugas untuk
mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang diterapkan
ialah induksi. Semula aliran ini, seperti yang tampak pada Bacon, masih
menganut semacam realisme yang naif, yang menganggap, pengenalan yang diperoleh
melalui pengalaman, tanpa penyelidikan lebih lanjut, telah mempunyai nilai yang
obyektif. Akan tetapi kemudian nilai pengenalan yang diperoleh melalui
pengalaman itu sendiri dijadikan sasaran atau objek penelitian.
3.
Filsafat Abad Ke-18
Pada zaman ke-18 dimulailah suatu zaman baru, yang memang telah berakar
pada renaissance serta yang mewujudkan buah pahit dari rasionalisme dan
empirisme. Abad ke-18 disebut zaman pencerahan (Aufklarung).
Menurut Immanuel Kant zaman pencerahan adalah zaman manusia keluar dari
keadaan dari tidak aqil baligh, yang disebabkan karena kesalahan manusia
sendiri. Kesalahan itu terletak di sini, bahwa manusia tidak mau memanfaatkan
akalnya. Memang ada perbedaan yang menyolok antara abad ke-17 dan ke-18. Abad
ke-17 membatasi diri pada usaha memberikan tafsir baru manusia, dunia dan
Allah. Akan tetapi abad ke-18 menganggap dirinya sebagai mendapat tugas untuk
meneliti secara kritis (sesuai dengan kaidah-kaidah yang diberikan akal) segala
yang ada baik di dalam negara maupun di masyarakat, baik di bidang ekonomi
maupun di bidang hukum, agama, pengajaran serta pendidikan, dan sebagainya.
Juga orang tidak takut untuk mengemukakan pendapatnya dalam bentuk celaan atau
yang lebih tajam.
Pencerahan berasal dari Inggris. Hal ini disebabkan karena kira-kira
menjelang akhir abad ke-17 di Inggris berkembanglah suatu tata negara yang
liberal. Oleh karena itu lambat laun pencerahan tumbuh menjadi keyakinan umum
diantara para ahli pikir.
Dari Inggris gerakan dibawa ke Perancis dan dari sana tersebar di seluruh
Eropa. Di Perancis gerakan ini secara sadar dan terus terang bertentangan
dengan keadaan kemasyarakatan, kenegaraan dan kegerejaan pada waktu itu.
Akhirnya Jerman mengikuti jejak Perancis itu. Akan tetapi disini gerakan
pencerahan berjalan dengan lebih tenang dan serasi, kurang menampakkan anatara
gereja dan masyarakat.
4.
Filsafat Abad Ke-19
Abad ke-19
adalah abad yang paling ruwet dibanding abad-abad sebelumnya.Hal ini disebabkan
karena bebarapa hal, antara lain :
·
Daerah tempat
filsafat berkembang menjadi lebih luas. Amerika dan Rusia ikut memberikan
sumbangan mereka. Juga India menjadi terkenal di Eropa.
·
Ilmu pengetahuan berkembang cepat sekali,
terlebil-lebih di bidang geologi, biologi dan kimia organis
·
Produksi yang dihasilkan mesin-mesin sangat mengubah
masyarakat dan memberikan kepada manusia suatu konsepsi baru tentang kuasa
dalam hubungannaya dengan alam sekitar.
·
Baik di bidang filsafat maupun di bidang politik ada
suatu revolusi yang mendalam terhadap sistem-sistem tradisisonal dalam
pemikiran, politik dan ekonomi yang mengakibatkan adanya serangan-serangan
terhadap banyak kepercayaan dan lembaga-lembaga yang hingga kini dipandang
sebagai tak tergoyah.
·
Suatu faktor baru yang tampak pada zaman in ialah
dominasi Jerman secara intelektual, yang dimulai dengan Kant. Idealisme Jerman
setelah zaman Kant dan filsafat Jerman yang lebih kemudian besar sekali
pengaruhnya atas sejarah filsafat di Jerman.
·
Masih ada hal yang lain lagi. Jikalau abad ke-17
dikuasai oleh pemikiran Galilei dan Newton, maka abad ke-19 besar sekali
dipengaruhi oleh Darwin.[2]
5.
Filsafat Abad Ke-20
Sekitar tahun 1900 (abad ke-20) pemikiran filsafat berganti haluan :
pandangan dunia yang materialistis dan mechanistis ditinggalkan : metode
positif (positivistis) dalam filsafat dan ilmu-ilmu kebudayaan diganti metode
analisis : keyakinan bahwa ilmu-ilmu alam tak dapat memberikan penjelasan yang
lengkap daripada seluruh kenyataan makin kuat.
Sebab-sebab bergantinya haluan itu antara lain :
·
Dari
luar dunia filsafat : Perang-perang, perubahan-perubahan di lapangan sosial,
kemajuan ilmu-ilmu alam yang makin menentang pandangan dunia idealistis dan
empiris, sebab “hkum-hukum abadi” dari mekanika Newton ternyata tidak sesuai
dengan kenyataan.
·
Berkembangnya
Neo-Skolastik (Thomas Aquinas)
·
Kritik
ilmu pengetahuan menghadapi soal-soal baru : kepastian hukum-hukum alam ternyata
mengandung unsur “kebetulan” dan “kebebasan” hingga unsur obyektif dalam setiap
penyelidikan keilmuan menjadi kentara.
·
Renungan-renungan
tentang dasar ilmu pengetahuan membawa orang ke arah fenomenologi sebagai
metode penyelidikan.
·
Sebagai
reaksi atas determinisme (semua ditentukan oleh hukum alam, tak ada kebebasan)
dan karena pengaruh ajaran Darwin dan kritik ilmu pengetahuan, maka umum lebih
mementingkan manusia sebagai keseluruhan, bahkan dengan menitikberatkan pada
segi-segi irrasional.[3]
6.
Aliran-aliran Pada Abad Modern
a. Empirisme
Berpangkalan pada
materi sebagai “arah berpikir” merupakan lanjutan dari positivisme.
b. Idealisme
Berpangkalan pada “Roh”.
c. Filsafat Hidup
Tidak puas dengan
keterangan yang diberikan oleh materialisme, orang mencoba menerangkan kenyataan
dengan berpangkalan pada “Hidup” berdasarkan perasaan dan intuisi.
d. Fenomenologi
Terutama penting
sebagai metode baru dalam filsafat dan ilmu-ilmu pengetahuan. “Phaenomeon”
adalah apa yang memperlihatkan diri dalam kesadaran.
e. Eksistensialisme
Penyelidikan “pengalaman
hidup” manusia yang sealu menjadi dalam suatu ketegangan dialektis antara
situasi dan kebebasan. Ada dua aliran yang penting :
v Eksistensialisme
“tertutup”, yaitu membatasi pandangannya pada gambaran manusia yang bercerai
berai tanpa trancendentia, atheis dan pesimisme, “Sein zun Tode”.
v Eksistensialisme
“terbuka”,mengakui trancendentia berada-ada artinya, hati terbuka bagi rahasia
realistis.
f. Metafisika
Berpangkal pada
pengalaman yang konkret dengan mengakui baik pengetahuan keindraan maupun
pengetahuan intelektual, dicarilah penjelasan terakhir daripada seluruh
kenyataan, terutama daripada manusia.
g. Logistik
Ilmu yang hendak
menyatakan hubungan-hubungan logis yang terdapat antara buah-buah pikiran itu
(hukum-hukum logika) dalam rumusan-rumusan simbolis dengan memakai tanda-tanda
secara ilmu aljabar[4].
7. Tokoh-tokoh Filsafat
Abad Modern
Di bawah ini akan
dibahas peranan ilmuwan dan ahli filsafat yang merupakan perintis dalam
membentuk mata rantai untuk meneruskan rangkaian perkembangan ilmu dan
meletakkan dasar-dasar disiplin yang kemudian dikenal sebagai ilmu filsafat.
Ø Copernicus, Galileo,
Keppler
Permulaan perkembangan
yang didasarkan atas pengalaman manusia baru mulai mantap dengan hasil kerja
Copernicus, yang kemudian dilanjutkan oleh Tycho Brache, Keppler, dan
Galileo.Dalam pekerjaan merekalah tercipta prinsip heliosentrisme, yang
menggantikan prinsip geosentrisme dan homo/antroposentrisme.
Galileo juga menciptakan
kinetika yang bersifat linear lurus. Sementara kinetika yang juga diciptakan
Keppler ini berhubungan dengan gerak berbentuk elips.
Ø Francis Bacon
(1560-1626)
Peranan Balcon di dalam
perkembangan ilmu dan filsafat ilmu umumnya digolongkan ke dalam empat kelompok
:
a.
Sebagai
ahli filsafat ilmu, disini ia menganjurkan suatu metode baru untuk meneliti
alam.
b.
Usahanya
untuk mengklasifikasikan ilmu dan pengetahuan manusia secara umum.
c.
Kesadaran
yang ditimbulkannya bahwa penerapan praktis dari “ilmu yang baru” akan
memperbaiki kualitas kehidupan dan kontrol manusia atas alam.
d.
Bayangannya
mengenai suatu masyarakat ilmiah yang terorganisir. Dalam hal ini ditekankan
pentingnya pembentukan lembaga-lembaga dan perhimpunan-perhimpunan ilmiah.
Ø Rene Descartes (1596-1650)
Dalam bidang filsafat
Descartes terkenal karena ucapannya : ”cogito,ergo sum . Artinya “aku
berpikir, karena itu aku ada”. Ucapan ini dianggap bukti mutlak tentang
keberadaan “aku” dan eksistensinya, yang lepas dari semua unsur subjektif.
Bukti “mutlak” itu diperlukan Descartes untuk sistem filsafatnya, yang dimulai
dengan menyangsikan segala-galanya.
Descartes mengatakan,
“Tidak ada fenomena di sejagat semesta yang tidak dapat dijelaskan oleh
penyebab-penyebab yang murni fisik seperti itu, yaitu penyebab-penyebab yang
sama sekali bebas dari jiwa dan pikiran.”
Ø Newton
Newton adalah ilmuwan
yang meletakkan dasar-dasar penalaran ilmiah dari banyak disiplin ilmu, dan
mempunyai andil yang sangat besar pada perkembangan ilmu dan teknologi serta
pemikiran filsafat ilmu yang buah-buahnya dapat kita nikmati dewasa ini. Tiga
teorinya yang mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan ilmu yaitu, teori
gravitasi, perhitungan kalkulus, dan optika.
Ø Gottfried Wilhelm
Leibniz (1646-1716)
Ahli ini juga menemukan
kalkulus. Perbedaannya dengan penemuan Newton hanya mengenai cara menyusun
notasi, yang dipakai sekarang adalah notasi Leibniz : df/dx/dy.
Selain membahas
perhitungan kalkulus, Leibniz juga menyusun notasi dan simbolisasi kalimat yang
kemudian hari berkembang menjadi logika simbolik yang modern, yang mengupas
hubungan-hubungan secara umum, yang di dalamnya seluruh logika Aristoteles,
yang hanya terbatas pada logika kelas, sudah tercakup.
Ø Antoine Laurent
Lavoiser (1743-1794)
Ia adalah ilmuwan yang
berjasa dalam pengembangan ilmu kimia. Ia meletakkan dasar ilmu kimia
sebagaimana kita kenal sekarang. Berdasarkan penemuan ahli-ahli lainnya,
Lavoisier melaksanakan percobaan yang didasarkan atas berat timbangan
bahan-bahan sebelum dan sesudah percobaan. Ia meninggalkan percobaan yang hanya
bersifat kualitatif dan berpindah ke bidang yang bersifat kuantitatif[5].
Ø Blaise Pascal
Ia adalah seorang ahli
ilmu pasti, ahli ilmu alam dan seorang filsuf. Memururut Pascal, ilmu pasti
bukan suatu ilmu yang metodenya harus ditiru oleh seorang filsuf, sebab seorang
filsuf pertama-tama harus menyelami keadaan manusia yang konkrit dihadapi,
orang demi orang. Dari pengalaman itulah orang akan mengindrai bahw realitas
itu pada hakikatnya adalah suatu
rahasia.
Filsafat Pascal
mewujudkan suatu dialog di antara manusia yang konkrit itu dengan Allah. Di
dalam jagad raya yang besar ini manusia bukanlah apa-apa, akan tetapi di
tengah-tengah jagad raya ini manusia adalah satu-satunya makhluk yang berpikir.
Oleh karena itu hanya manusialah yang dapat berkomunikasi dengan Allah.
Ø Baruch Spinoza
Seorang Yahudi, yang
karena pandangannya yang liberaldikucilkan dari sinagoge. Dalam arti yang
terdalam mungkin ajaran Spinoza dapat dipandang sebagai suatu mistik filsafati,
yang mengajarkan tentang nisbah antaramanusia dan Allah sebagai tokoh yang
tiada batasnya. Sistem rasionalnya hanya mewujudkan suatu usaha guna merumuskan
apa yang telah dialami sendiri dalam pengalaman mistis dengan
pengertian-pengertian rasional.
Demikianlah pengertian
Allah yang diajarkan Spinoza tidak sama dengan yang diajarkan Descartes. Bagi
Descartes Allah adalah Pribadi yang menciptakan dunia, akan tetapi bagi Spinoza
Allah adalah suatu kesatuan umum, yang mengungkapkan diri di dalam dunia.
Segala yang ada adalah Allah, tiada sesuatupun yang tidak tercakup di dalam
Allah dan tiada sesuatupun dapat berada tanpa adanya Allah.
Latar belakang
pemikiran Spinoza ini adalah pengertian tentang aktivitas. Allah yang tiada
batasnya itu adalah aktivitas yang tak terhingga
Ajaran Spinoza di dalam
metafisika menunjukkan pada suatu ajaran monistis yang logis, yang mengajarkan
dunia sebagai keseluruhan mewujudkan suatu substansi tunggal, di mana tiada
bagiannya yang dapat secara logis berada sendiri. Ajaran ini didasarkan atas
keyakinan, bahwa bahwa tiap hal memiliki suatu objek tunggal dan suatu predikat
tunggal juga, sehingga harus disimpulkan, bahwa segala hubungan dan kejamakan
adalah semu.
Ø Thomas Hobbes
Filsafat Hobbes
mewujudkan suatu sistem yang lengkap mengenai keterangan tentang “yang ada”
secara mekanis. Ia adalah seorang materialis yang pertama dalam filsafat
modern. Dapat dikatakan bahwa ia adalah seorang materialis di bidang ajaran
tentang “yang ada”, dan seorang naturalis di bidang ajaran tentang antropologi,
serta seorsng solutis di biadang ajaran tentang negara.
Thomas Hobbes adalah
seorang empiris yang mengagumi metode matematika, yaitu matematika yang murni
dengan penerapannya.
Ø John Locke
Dia adalah orang yang
pertama kali menerapkan metode empiris kepada persoalan-persoalan tentang
pengenalan atau pengetahuan. Locke berusaha menggabungkan teori empirisme
seperti yang telah diajarkan Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme
Descartes. Penggabungan ini menguntungkan empirisme. Ia menentang teori-teori
rasionalisme yang mengenai idea-idea dan asas-asas pertama yang dipandang
sebagai bawaan manusia
Locke juga menentang
kekuasaan negara atas agama. Negara tidak boleh memeluk agama, tidak dapat
memerintahkan ataumeniadakan suatu dogma. Tiap warga negara bebas dalam soal keagamaan. Hak negarahanyalah
untuk menindas teori-teori dan ajaran-ajaran yang membahayakan keberadaan
negara.[6]
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Waktu
munculnya filsafat modern adalah abad 17 di Eropa Barat dan Amerika Utara. Pada
zaman tersebut banyak muncul aliran-aliran, diantaranya :
a. Empirisme
b. Idealisme
c. Filsafat
Hidup
d. Fenomenologi
e. Eksistensialisme
f. Metafisika
g. Logistik
Adapun
tokoh-tokoh filsafat yang mempunyai andil besar pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pemikiran filsafat ilmu yang buahnya dapat kita
nikmati dewasa ini adalah Copernicus, Galileo, Keppler, Francis Bacon, Rene
Descartes, Newton, Gottfried Wilhelm Leibniz, serta Antoine Laurent Lavoiser.
DAFTAR PUSTAKA
Salam,
Burhanudin. Pengantar Filsafat.
Jakarta : Bumi Aksara, 2009.
Hadiwijiono,
Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta : Kanisius, 1980.
R.
Semiawan, Conny, I. Made Putrawan, TH. I. Setiawan. Dimensi Kreatif Dalam Ilmu
Filsafat. Bandung : Remaja Rosdakarya, 1998.
[1]Harun
Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat (Vol. 2; Yogyakarta: Kanisius,
1980), hal. 11-13.
[2] Harun
Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: Kanisius, 1980),
hal. 18-129.
[3]
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat (Jakarta : Bumi Aksara, 2009),
hal. 201-202.
[4] Burhanuddin
Salam, Pengantar Filsafat (Jakarta : Bumi Aksara, 2009) hal. 202-205.
[5]Conny R.
Semiawan, I. Made Putrawan, TH. I. Setiawan, Dimensi Kreatif Dalam Ilmu
Filsafat (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1998) hal. 21-29.
[6] Harun
Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat (Vol. 2 Yogyakarta: Kanisius, 1980),
hal. 25-39.
Tag :
MAKALAH
0 Komentar untuk "makalah filsafat"