Bahasa dalam perspektif apapun selalu memberikan pengaruh yang signifikan dalam kehidupan manusia (pola pembentukan cara pandang ideal). Dengan bahasa, manusia mulai menyadari pentingnya membangun sebuah komunikasi interaktif untuk membangun sebuah peradaban manusia. Dengan bahasa pula manusia mampu mendeteksi setiap perubahan (alami) yang ada dalam diri manusia dan Bangsa. Pernyataan serupa ini juga pernah dikatakan oleh Dr. G. Drewes, waktu dia memperbincangkan pengaruh kultur Barat atas bahasa Indonesia (The Influence of Western Civilisation etc). Dia mengatakan "Hanya dengan mengetahui salah satu bahasa Eropa, terutama bahasa Belanda, masyarakat Bumiputera dapat mencapai kemajuan dan kemerdekaan pemikiran.” Itulah sepenggal keputusan yang disimpulkan tentang pentingnya bahasa Belanda untuk mengubah pola pikir suatu bangsa.
Terlepas dari konteks kajian bahasa Belanda seperti yang dilontarkan oleh Dr. G. Drewes, kita sebagai umat Islam yang senantiasa bersinggungan dengan syari'at yang sudah baku, mau tidak mau kita harus melakukan sebuah kewajiban. Maka, tuntutan akan kemampuan untuk memahami bahasa Arab menjadi faktor yang paling dominan dan strategis. Mengapa demikian? karena ketika kita akan melakukan aktivitas ibadah, katakanlah sholat, maka secara otomatis ketika "Ibadah sholat ingin mencapai kualitas derajat khusyu', maka modal utama adalah mampu memahami apa yang dilafalkan oleh kita (dalam shalat red.). Semakin dalam kita memahami apa yang kita baca dan diucapkan, maka semakin tinggi pula derajat kekhusyu’an dalam melaksanakan ritual sholat.
Oleh karena itu, bahasa adalah salah satu change agent dan against yang mampu membawa perubahan seseorang memahami agamanya. Change agent disini adalah semakin besar kecintaan terhadap bahasa Arab maka perilaku ibadahnya akan semakin meninggi dan berubah kearah yang ideal. Sedangkan against adalah sebagai bahasa perlawanan dari ketidakberdayaan selama ini memahami ajaran Islam. Bahkan secara ektrimis ketika bahasa dikaitkan dengan konteks budaya, memahami “bahasa ibu” merupakan syarat tegaknya nilai budaya dalam suatu bangsa. Jadi jelas bagi kita bahwa bahasa tidak hanya bahasa ibu saja yang perlu kita miliki, tetapi bahasa asing (Arab) perlu ditumbuhkan, dikembangkan, disebarkan, digerakan dan berdiri secara dinamis sehingga konteks keberagamaan seseorang tidak bersifat taqlidi karena sudah mampu menggali khazanah ilmu Islam yang berasaskan sumber aslinya (bahasa Arab).
Tapi sangat disayangkan, kesadaran dan penghormatan terhadap bahasa Arab dari umat Islam sendiri begitu kurang. Umat Islam sendiri lebih enjoy belajar bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Belanda dan belajar bahasa asing lainnya, dan menghindar dari belajar bahasa Arab dengan alasan susah dan lain sebagainya. Hal ini tentunya tidak benar. Walaupun bukan berarti kita tidak boleh mempelajari Bahasa Asing yang disebut di atas, karena secara signifikan kita mengakui bahwa bahasa Asing yang disebutkan di atas merupakan jembatan penghubung dengan dunia luar.
Yang penting disini adalah bagaimana memaknai dan meneropong kembali sejarah lahirnya bahasa Arab di wilayah Indonesia. Bahasa yang mampu memberikan pencerahan bagi bangsa Indonesia. Secara jujur kita akui bahwa bahasa Arab ini telah mampu memberikan estimasi yang tinggi bagi kecerdasan bangsa Indonesia. Salah satu prasasti yang bisa kita saksikan adalah ketika kita masuk kekampung dan pedesaan kita akan mendapatkan beribu-ribu langgar dan pesantren yang mengajarkan bahasa Arab dan ilmu agama yang ketika zaman penjajahan, prasasti tersebut menjadi saksi sejarah kekuatan dan pondasi kemajuan Islam di Indonesia. Selain itu juga, disitu kita akan mendapat gambaran yang kongkrit tentang betapa besar jasanya bahasa Arab bagi pencerahan Bangsa Indonesia yang telah mengarahkan umatnya kepada kemajuan peradaban yang hakiki yaitu memahami agama dengan sempurna.
Sebagai penutup, penting untuk kita pahami disini bahwa, bahasa Arab bukanlah bahasa agama semata-mata, bukan satu dialek, bukan bahasa untuk salah satu Negara, akan tetapi ia sebagai satu bahasa dunia, satu bahasa kebudayaan, satu bahasa pemangku kecerdasan, kunci pembuka segala ilmu pengetahuan dan upaya inseminasi mengutarakan sesuatu paham atau pengertian, dari yang mudah hingga yang sulit, dari yang bersifat konkrit sampai kepada yang bersifat maknawi (abstrak) yang lebih kaya.
Bahasa Arab selain satu-satunya bahasa pengikat, bahasa persatuan bagi kaum muslimin, dan bahasa kebudayaan yang utama. Yang tidak mungkin bisa dibandingkan dengan bahasa yang pernah ada. Bahkan kalau melihat literatur sejarah bahwa bahasa Arab ini merupakan bahasa penyempurna untuk bahasa tulisan Yunani dan sansakerta (ilmu hisab dan hitung). Sehingga mereka mendapat kemajuan setelah mengambil sistem angka Arab sebagaimana yang kita pakai sekarang ini.
Bahasa Arab telah menjadi bahasa falsafah bagi filosof-filosof untuk mengemukakan bermacam-macam teori dan dalil-dalil hipotesa yang sulit dan rumit. Bahasa inilah yang telah masuk kedalam lingkunagn bangsa dan dunia anak Indonesia yang telah menimbulkan sumber kecerdasan yang bertebaran dikepulauan kita.
Untuk lebih jelasnya, kita berbeda dengan perkatan DR. Dewes bahwa bagi kita "Dalam mencapai kecerdasan dan kemerdekaan berpikir, bahasa Arab bagi Bangsa Indonesia merupakan satu alat estimasi pencerdasan dan pencerahan yang lebih dulu, lebih murah dan tidak kalah signifikannya dari bahasa asing yang disebutkan di atas (Inggris, Prancis, Jerman, dll. red.).
Dan kaum muslimin harus meyakini bahwa bahasa Arab itu satu-satunya bahasa pemersatu yang takkan mungkin dicarikan penggantinya, bahasa kunci pembuka dari khazanah keilmuan. Mengabaikan bahasa Arab berarti kita telah jatuh dalam lubang kesesatan dalam memahami agama Islam. Dan tampaknya keberhasilan dunia Barat yang sedang mendominasi dunia Islam dipelopori dengan semakin acuhnya umat Islam untuk memahami bahasa Arab sebagai bahasa peradaban. Kita juga meyakini bahwa dominasi dikotomi ilmu pengetahuan terhadap Islam sudah lama diserang oleh dunia Barat.
Tag :
ARTIKEL
0 Komentar untuk "ARTIKEL BAHASA"